Wow, Haji Mokhlis Sebut Pertumbuhan Ekonomi Sumbawa Anjlok, Kemiskinan Naik

Sebarkan:

Sumbawa Besar, KA.
Kondisi Kabupaten Sumbawa saat ini cukup memprihatinkan. Setidaknya keprihatinan ini diungkap Ir. H. Mokhlis M.Si—salah satu Bakal Calon Bupati Sumbawa saat mendaftarkan diri di DPC Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Kabupaten Sumbawa, Kamis (26/12).
Dalam pidatonya di hadapan pengurus DPC Hanura dan tim suksesnya, Haji Mokhlis, sapaan akrab mantan Kadis Pertanian Provinsi NTB ini , menyebutkan bahwa pada Tahun 2014—2015, pertumbuhan ekonomi daerah ini masih berada di atas 6 persen. Namun pada hari ini berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Sumbawa anjlok ke angka 4,1 persen. Dan angka kemiskinan di Sumbawa tahun 2015 terbilang sedikit, tapi sekarang terancam naik menjadi 35 persen atau ekuivalen terdapat 135 ribu penduduk miskin jika pertumbuhan ekonominya terus menurun.
Sejauh ini Ia tidak melihat ada tanda-tanda akan membaik. Sebab ketika PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) turun, maka uang beredar di Sumbawa akan berkurang. Ini terjadi karena investasi oleh pemerintah (belanja pemerintah) dari pusat, Loan dan APBD Propinsi untuk Sumbawa, nol koma kosong. Semuanya menguras APBD.
Belum lagi lanjut mantan Plt Bupati Sumbawa ini, kesenjangan (disparity) antara si miskin dan si kaya yang cukup signifikan. Padahal jika dilihat, Sumbawa memiliki segalanya. Ia teringat ketika diperintahkan Gubernur TGB ke Jepang Tahun 2015 untuk mempromosikan potensi NTB. Ternyata yang dipromosikan hanya bawang merah dan jagung, dan komoditi ini adanya di Sumbawa. Produksi jagung Sumbawa memang cukup besar, tapi gaungnya di pusat justru jagung dari Dompu. Saat ini, produksi jagung Sumbawa mencapai 115 ribu hektar dalam setahun. Dengan potensi ini saja, uang yang beredar di Sumbawa mencapai Rp 4,8 triliun.
“Istilah saya kalau terjadi orang miskin di Sumbawa sama dengan kemelaratan di tengah keberlimpahan. Kita punya gunung, laut, pantai dan lainnya. Sehingga saya tidak percaya jika masih ada penduduk kita yang miskin,” ujar tokoh kelahiran Alas, 31 Desember 1958 yang beberapa hari lagi akan merayakan hari lahirnya ke-61 ini.
Ia menyinggung zaman pemerintahan Drs. H. Jamaluddin Malik, grafik Xy nya naik. Tapi sekarang turun dan belum ada tanda-tanda akan membaik. Karena saat ini semua infrastruktur yang dibangun, hanya menguras dana APBD kabupaten, tidak dijadikan APBD tersebut untuk memancing dana APBN, Loan dan APBD Provinsi.
Melihat kondisi ini, selaku putra daerah, Haji Mokhlis mengaku terdorong untuk berbuat lebih banyak. Salah satunya mencalonkan diri sebagai Bupati Sumbawa pada Pilkada 2020 mendatang. Ia sudah 35 tahun bekerja di birokrasi dari mulai pengalaman 0 persen hingga jabatan tinggi. Pertama masuk Sumbawa, dirinya membangun Irigasi Mamak—Kakiang. Kebetulan saat itu ia merupakan ahli tanah dan water management (tata guna air tingkat usaha tani) jebolan Filipina. Kemudian banyak jabatan-jabatan strategis yang disandang, hingga menjabat sebagai asisten sekda, Plt Bupati Sumbawa, Kadis Pertanian NTB dan terakhir Kadis Tenaga Kerja Provinsi NTB. Karena itu Haji Mokhlis memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengrade kegiatan-kegiatan pembangunan di Sumbawa. Dan ketika ditakdirkan Allah menjadi Bupati dan Wakil Bupati, Haji Mokhlis memastikan kepemimpinan birokrasi akan berjalan dengan baik hingga berakhirnya masa jabatan. Tidak akan terjadi friksi antara Bupati dan Wakil Bupati. Karena indicator yang digunakan sebagai ukuran kesuksesan, sama dan tidak ada kepntingan lain. Ia mencontohkan, untuk menetapkan Kadis Pertanian, ini akan dilihat dari peningkatan produksi padi atau jagung. Ketika peningkatan itu karena penambahan areal luas tanam, maka Kadis itu harus diganti. Tetapi jika terjadi peningkatan produksi karena penambahan produktifitas padi ataupun jagung, Kadis Pertanian akan dipertahankan. Karena ada teknologi yang masuk dalam peningkatan produktifitas itu sebagai buah karya besar dari gerbong pertanian. “Saya sudah hitung setiap naik satu kwintal jagung dalam satu hektar, maka ada penambahan 4,8 miliar rupiah per tahun, dan setiap naik 1 kwintal padi maka ada penambahan 3,6 miliar rupiah per tahun. Tambahan ini akibat hanya dari sentuhan teknologi,” tandasnya.
Namun sekarang bukannya produksi naik justru menurun. Sebenarnya kata Haji Mokhlis, sentuhan untuk menaikan produktivitas pertanian cukup mudah yakni dengan memberikan benih yang bagus kepada petani.
“Jangankan memberikan benih yang bagus, malah Balai Benihnya saja dihilangkan,” sesalnya.
Untuk reformasi birokrasi, ungkapnya, dibutuhkan orang pintar, cerdas dan inovatif agar dapat mengikuti akselerasi pemikiran Bupati dan wakil bupati. Aparatur seperti ini sangat dibutuhkan di segala bidang termasuk pengelolaan pariwisata yang saat ini belum memiliki konsep yang jelas. (KA-01)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini