Jelang Kemarau, BPBD Sumbawa Petakan 41 Desa Kesulitan Air Bersih

Sebarkan:

Sumbawa Besar, KA 
Menjelang masuknya musim kemarau tahun ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa melakukan pemetaan terkait potensi kekeringan di sejumlah wilayah. 
Kepala Pelaksana BPBD Sumbawa melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik M. Nur Hidayat kepada awak media menjelaskan, pemetaan dilakukan secara langsung dengan turun ke lokasi yang terdampak pada tahun lalu. Pihaknya juga sudah menerima permintaan air bersih dari sejumlah Desa.
Diungkapkan, hasil pemetaan sementara terdapat 41 Desa di 17 Kecamatan yang mengalami kesulitan air bersih, yakni Desa Serading di Kecamatan Moyo Hilir, Desa Lopok, Lopok Dalam dan Tatede di Kecamatan Lopok, Desa Mata dan Tolo’i di Kecamatan Tarano, Desa Merpe, Batu Putih, Sinar Jaya dan Teluk Santong di Kecamatan Plampang, Desa Boal di Kecamatan Empang, Desa Labangka 1, Labangka 2 dan Labangka 3 di Kecamatan Labangka.
Kemudian Desa Maman, Pernek, Mokong, Marga Karya, Semamung, Lito dan Brang Rea di Kecamatan Moyo Hulu, Desa Lape dan Hijrah di Kecamatan Lape, Desa Luk Karya di Kecamatan Rhee,  Desa Mapin Kebak dan Mapin Beru di Kecamatan Alas Barat, Desa Baru, Pungkit, Kukin, Sebewe, Ai Bari dan Ai Limung di Kecamatan Moyo Utara, Desa Lenangguar di Kecamatan Lenangguar, Desa Pelat dan Klungkung di Kecamatan Unter Iwes, Desa Labuhan Bajo di Kecamatan Utan, di Pulau Kaung di Kecamatan Buer, Desa Bungin dan Labuhan Alas di Kecamatan Alas, serta Desa Badas di Kecamatan Labuhan Badas. ‘’Itu hasil pemetaan wilayah kekeringan, juga disertai surat dari desa,’’ terangnya.
Terhadap hal itu, BPBD Sumbawa sudah mengajukan permintaan bantuan air bersih ke Pemprov NTB. Dan saat ini, pihaknya masih menunggu bantuan dimaksud. Selain itu, pihaknya juga saat ini tengah meneliti lokasi sumber air untuk pendistribusin di wilayah yang memiliki titik kekeringan terbanyak. 
‘’Kita evaluasi data tahun kemarin sambil kita pantau perkembangannya seperti apa. Karena curah hujan semakin sedikit, lahan pertanian sudah banyak yang menanam jagung, mungkin serapan air tanah berkurang. Bisa jadi yang tahun kemarin banyak air, tidak ada air nantinya. Itu yang perlu kita lakukan penelusuran nantinya yang ada di kecamatan,’’ pungkasnya. (KA-01)
 


Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini