Wow, Sarang Burung Walet Sumbawa Tembus Pasar Hongkong

Sebarkan:

Sumbawa Besar, KA.
Program ayo galakkan ekspor, generasi millenial bangsa (Agro Gemilang) yang digulirkan Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia tahun 2019, membuat 52 unit pelaksana teknis dibawahnya berlomba menggalakkan. Tak terkecuali Karantina Sumbawa, dengan melakukan pendataan komoditas unggulan dari lalulintas pertahun, koordinasi dengan Dinas terkait sampai menyambangi petani dan pelaku bisnis.
“Pulau Sumbawa memiliki komoditas pertanian unggulan untuk ekspor,” ungkap Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sumbawa drh Ida Bagus Putu Raka Ariana kepada awak belum lama ini.
Adapun produk unggulan tersebut, diantaranya sarang burung walet, madu hutan, susu kuda, kopi, bawang merah, jagung dan kayu manis, dimana  komoditas tersebut diekspor ke sejumlah negara seperti Filipina, Arab Saudi, Hongkong dan Singapura.
Untuk sarang burung walet (SBW) saja, terangnya, berdasarkan data Karantina Sumbawa selama tiga tahun terakhir tercatat mengalami peningkatan signifikan, yakni tahun 2016 volumenya mencapai 1.329 kilogram, tahun 2017 mencapai 4.369 kilogram, dan pada tahun 2018 naik dua kali lipat dengan lalu lintasnya mencapai 8.140 kilogram, dan semuanya dikirim keluar negeri melalui pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan untuk ekspor.
Diakui Bli Raka, sapaan akrab pejabat karantina ini, petugas Karantina Sumbawa melakukan pemeriksaan secara intensif terhadap  sarang burung walet yang dikirim keluar daerah.
“Belum lama ini misalnya, ada paket SBW yang akan dikirim tujuan Jakarta, tidak tanggung-tanggung mencapai  120 kilogram yang dikemas dalam delapan karton, dengan rata-rata harga perkilonya Rp 10 juta, maka perkiraan nilai barang tersebut mencapai Rp 1,2 miliar,” tukasnya.
Sebelum dilakukan sertifikasi, imbuh Sudaryono petugas Karantina, dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui jumlah, jenis dan kelayakan kemasan serta cemaran seperti kayu, logam dan lainya.
Kegiatan ekspor SBW tersebut tidak bisa dilakukan dari Sumbawa, mengingat dua bandara udara yakni Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin Sumbawa Besar dan bandara Sultan Muhammad Solahuddin Bima hanya bisa melayani rute penerbangan domestic.
“Selain itu di daerah ini belum ada perusahaan pemrosesan sarang burung walet yang sanggup mengolah sarang untuk pangsa ekspor,” pungkasnya.(KA-01)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini