SAMOTA Menuju Destinasi Wisata Berkelas Dunia : Bercengkrama Bareng Bang Zul, Mendulang Dolar di Teluk Saleh

Sebarkan:
Hiu Paus di Teluk Saleh Bercengkrama dengan Wisatawan (foto dok The Sumbawa Amazing)

Sumbawa Besar, KA.
Kawasan strategis nasional  Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Gunung Tambora (SAMOTA) di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) kini terus berbenah menuju destinasi wisata berkelas dunia.
Sejumlah sarana dan prasarana infrastruktur terus dibangun oleh pemerintah pusat dan daerah hingga  kawasan strategis tersebut menjadi poros pertumbuhan ekonomi maritim  di Pulau Sumbawa.
Apalagi kawasan SAMOTA, diapit oleh dua, dari empat destinasi wisata super prioritas di Indonesia saat ini, yakni Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kuta Mandalika Lombok-NTB di sebelah barat dan Labuhan Bajo Nusa Tenggara Timur (NTT) di sebelah timur.
Tidak tanggung tangung, pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) telah menggelontorkan hampir setengah triliun rupiah untuk membangun infrastruktur jalan dan  dua jembatan dilingkar utara SAMOTA sejak tahun 2015 hingga tahun 2019 ini.
Bukan hanya itu, pemerintah juga membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) berkapasitas 50 Mw di Labuhan Badas Sumbawa dan baru saja diresmikan oleh Menteri ESDM Ignatius Jonan.
Kementerian Perhubungan RI juga tidak mau ketinggalan, sedikitnya dua dermaga dibangun sejak tahun 2018 yakni Dermaga Sebotok Pulau Moyo dan dermaga Pulau Medang tahun 2019 ini. Selain dua dermaga itu, di kawasan Teluk Saleh juga akan dibangun Pelabuhan Internasional di Teluk Santong Kecamatan Plampang. Sejauh ini, rencana tersebut masih dalam penyusunan Detail Engineering Desain (DED) dan Feasibilty Study (FS).;
Selain itu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) menyerahkan bantuan kapal cepat “Sahabat Maritim” kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa, yang diterima langsung oleh Bupati Sumbawa saat HUT kemerdekaan RI ke 74, Sabtu, 17 Agustus 2019. Kapal cepat itu,  melayani rute pelayaran Tanjung Pengamas-Pulau Medang-Pulau Moyo.
Bupati Sumbawa H Husni Djibril berharap bantuan Pemerintah Pusat melalui Kemendes PDTT itu dapat memperlancar arus transportasi dari dan menuju destinasi wisata tersebut.  “Bantuan ini tentunya sangat bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Sumbawa,” ujar Bupati.
Selain itu, Kementerian Perhubungan RI dalam tahun ini  juga mengalokasikan anggaran Rp 19 miliar untuk proyek perpanjangan landasan pacu Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III Sumbawa Besar, dari 1.650 meter menjadi 1.800 meter.
“Perpanjangan Runway tahun ini, diharapkan Bandara Sumbawa bisa didarati pesawat berbadan lebar, sehingga mampu meningkatkan  investasi, termasuk angka kunjungan wisatawan ke Sumbawa,” ungkap Kepala Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III, Sutarmin, kepada media ini. 
Selain itu, terkait konektivitas antar wilayah, Kapal Motor Penyebarangan (KMP) Swarna Bahtera resmi beroperasi melayani rute pelayaran pelabuhan Badas Sumbawa menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya pulang pergi (PP), terhitung sejak, Minggu (29/09/2019).
Launching layar perdana Kapal Fery Long Distance Ferry (Jarak Jauh) ditandai penandatangan MoU, pengguntingan pita dan bunyi sirene kapal oleh Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah bersama Direktur Utama PT. ASDP Indonesia Fery (Persero) Dr. Ira Puspadewi, MDM dan Bupati Sumbawa, H. M. Husni Djibril, B. Sc., di Pelabuhan Badas.
Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah berharap agar kehadiran KMP Swarna Bahtera ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di Pulau Sumbawa.
“Kehadiran pelayaran ini harus mampu menciptakan pasar yang prospektif bagi kemajuan daerah, sehingga ekonomi masyarakat terus bergerak maju dan meningkat,” harapnya.
Moda tranportasi ini, sambungnya, untuk memberikan solusi alternatif bagi arus transportasi yang ada melewati pelabuhan lembar dan kayangan   yang mencapai 500 truk per hari.
 “Saya harap kapal ini tidak kosong, tapi diisi penuh seluruh hasil produksi masyarakat Pulau Sumbawa, ini jadi tugas pemda Sumbawa.  Lombok maju, Sumbawa maju NTB Gemilang bukan hanya wacana,” pungkasnya.
Begitu juga sarana air bersih, Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara-1 (BWS NT-1) akan membangun sarana air baku ‘Ai Ngelar’ Bendungan Kerekeh tahun 2021 di Desa Kerekeh Kecamatan Untir Iwis senilai Rp 1,7 Triliun. Sejauh ini, mega proyek tersebut masih dalam tahap pembebasan lahan oleh Pemkab Sumbawa.
Untuk tahun 2019 ini, kata Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tajuddin, kepada media ini, pihak BWS NT-1 telah menggelontorkan anggaran Rp 3 miliar untuk pemasangan jaringan pipa dalam kota menuju pantai Jempol dan wilayah SAMOTA sepanjang 6 Km.
“Pemasangan jaringan pipa air bersih itu nantinya dihajatkan untuk mendukung pariwisata di SAMOTA dengan mengandalkan air baku ‘Ai Ngelar’ berkapasitas 250 liter per detik,” ujarnya.
Dibangunnya infrastruktur jalan, jembatan, dermaga, PLTMG berkapasitas 50 Mw dan fasilitas lainnya  tersebut berimbas munculnya investasi di kawasan tersebut. Sejumlah hotel, bungalow, pabrik bahan bangunan, perkebunan dan peternakan mulai dibangun investor dari dalam dan luar negeri dikawasan tersebut.
SAMOTA Ditetapkan Sebagai Cagar Biosfer Dunia
Kawasan Samota resmi ditetapkan sebagai cagar biosfer dunia oleh Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO).
Deklarasi penetapan Samota sebagai cagar biosfer dunia dilakukan dalam acara The 31st session of the Man and the Biosphere Programme International Coordinating Council yang berlangsung di Paris Prancis, Kamis (21/06/2019).
Wakil Gubernur NTB Hj Sitti Rohmi Djalilah, menjelaskan, Sebelum Samota, NTB juga telah memiliki cagar biosfer dunia, yaitu Taman Nasional Rinjani yang ditetapkan pada 2018.
Dikatakan, ditetapkannya  Samota sebagai cagar biosfer akan membuka pintu kerja sama antarpengelola biosfer seluruh dunia untuk melakukan penelitian ilmiah, pemantauan global dan pelatihan pakar dari seluruh dunia  di NTB.
“Selain memberi manfaat terhadap keberlangsungan sumber daya hayati, penetapan Rinjani dan Samota sebagai biosfer dunia diharapkan akan memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat NTB,” harapnya.
Desa  Wisata Hiu Paus Pertama di Indonesia
Potensi Wisata Hiu Paus di Teluk Saleh (foto dok The Sumbawa Amazing)
Desa Labuhan Jambu di kawasan Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa meluncurkan wisata hiu paus berbasis masyarakat pertama di Indonesia pada acara Sail Moyo dan Tambora 23 September 2018 lalu.
Wisata Hiiu paus dengan nama latin  Rhincodon typus ini merupakan ikhtiar dalam mendorong pariwisata di NTB khususnya Kabupaten Sumbawa  sebagai salah satu destinasi prioritas nasional.
Musykil Hartsah, Kepala Desa Labuhan Jambu Kecamatan Tarano, menyebutkan, berdasarkan data Conservation International (CI) Indonesia, Teluk Saleh kerap didatangi oleh hiu paus karena berasosiasi dengan bagan untuk mendapatkan masin atau ikan puri sebagai makanannya. Selama periode September 2017 hingga Agustus 2018, jumlah individu yang teridentifikasi adalah 49 individu .
Berdasarkan temuan ilmiah ini, CI Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Desa Labuhan Jambu dan masyarakat dalam mempersiapkan dan merencanakan pengembangan potensi wisata hiu paus yang berkelanjutan.
“Kami ingin wisata hiu paus ini dikelola oleh masyarakat desa secara mandiri agar keuntungan yang didapat langsung dirasakan. Untuk itu, kami bersama dengan CI Indonesia mencoba mengidentifikasi, mengembangkan potensi dan meningkatkan kapasitas masyarakat yang dimiliki oleh desa untuk mengelola wisata hiu paus,” ujar Musykil Hartsah.
Wisata hiu paus adalah kegiatan rekreasi melihat hiu paus di habitatnya dengan variasi kegiatan pengamatan dari kapal, berenang/snorkling dan menyelam bersama hiu paus. “Wisatawan bisa menyelam sambil bercengkrama bersama Hiu Paus,” ucapnya. 
Dikatakan, Wisata hiu paus ini merupakan wisata minat khusus yang bermuatan edukasi tentang konservasi biota laut, dan budaya masyarakat terkait hiu paus dan bagang.
Untuk mendukung pelestarian hiu paus dan pengembangan wisata hiu paus yang berkelanjutan di Desa Labuhan Jambu, CI Indonesia melakukan pendampingan masyarakat dalam mewujudkan keuntungan ekonomi dan konservasi yang berjalan secara sinergis untuk jangka panjang.
“Sebagai referensi 2014 wisata ini memberikan pemasukan tahunan sebesar Rp 130 miliar di Maladewa,” ujarnya.
Victor Nikijuluw, Senior Marine Program Director CI Indonesia menyatakan bahwa wisata Hiu Paus merupakan bagian dari inisiatif CI Indonesia di tingkat nasional.
“Secara khusus di Sumbawa, kami mendukung penguatan kelola wisata hiu paus berbasis masyarakat sebagai bagian dari strategi besar program kami untuk upaya konservasi kelautan di bentang laut Sunda-Banda. Wisata hiu paus bukti nyata manfaat konservasi bagi kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi wilayah,” ungkapnya..
Data ilmiah menunjukan,  hiu paus di teluk Saleh Kabupaten Sumbawa ada kencendrungan bersifat rumahan di dalam wilayah Teluk Saleh, karena perairan ini berlimpah makanan. Berbeda dengan di Teluk Cendrawasih dan Teluk Tripton Kabupaten Kaimana Papua Barat yang hanya bersifat musiman.
Sehingga wisatawan bisa setiap saat menjumpai Hiu Paus di Teluk Saleh tersebut.
Bang Zul Sang Primadona di Teluk Saleh
Bang Zul, kini menjadi primadona dikalangan wisatawan yang berkunjung ke Teluk Saleh khususnya di Desa Labu Jambu Kecamatan Tarano.
Nama Bang Zul untuk seekor hiu paus jantan dari perairan Teluk Saleh itu, adalah panggilan akrab Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr Zulkifliemansyah. Gubernur telah mengizinkan dan menerima pemberian namanya oleh CI Indonesia sebagai nama hiu paus atau dikenal di Sumbawa dengan sebutan Pakek Torok (Hiu Tuli) tersebut.
Gubernur NTB Zulkifliemansyah menyambut baik  hal tersebut untuk melindungi aset ekonomi biru masyarakat pesisir di Teluk Saleh melalui pengelolaan ekowisata yang berkelanjutan.
”Ini merupakan keajaiban baru di Sumbawa," kata Bang Zul.
Sementara itu, pelaku wisata Hiu Paus yang juga founder The Sumbawa Amazing Trip, Wahyu Roberto saat berbincang bincang dengan media ini menyebutkan, ada dua hal utama yang dilakukan dalam ‘me-manage’ potensi pariwisata ‘Whale Shark’ di Teluk Saleh tersebut.
Pertama, sebut Wahyu,  adalah agenda konservasi mencakup kegiatan monitoring.
“Monitoring sendiri dilaksanakan oleh Conservasi International sebuah NGO yang telah membantu kami selama 2 tahun,” ujarnya.
Kedua adalah atraksi, dimana atraksi itu sendiri adalah kegiatan pengamatan hiu paus bersama wisatawan.
“Kami (Sumbawa Amazing) sebagai salah satu tour operator lokal yang memiliki peranan dan tugas penting dalam memajukan potensi pariwisata hiu paus. bekerja sama dengan Desa, sekarang semua tour operator langsung dibawah arahan BUMDES. Jadi tidak lagi melalui Pokdarwis,” sebutnya.
Selama kurun waktu Januari hingga oktober 2019, terang Wahyu, baru 11 wisatawan lokal dan 51 wisatawan yang berkunjung ke Teluk Saleh untuk bercengkrama bersama Hiu Paus.
Diakui Wahyu, minimnya jumlah wisatawan tersebut karena minimnya promosi. Sejak wisata Hiu Paus dilaunching 23 September 2018 lalu, ia baru sekali melakukan Promosi yaitu saat Deep Extreme and Expo di Jakarta April lalu.
“Saya tidak tau apa yang dilakukan pemerintah karena saya sendiri yang menghadiri acara tersebut selama 4 hari, tidak merasa dibantu oleh Pemerintah. Seharusnya, baik pemerintah pusat, pemprov NTB dan Pemkab Sumbawa bersama pelaku wisata bisa bersinergi untuk mempromsoikan asset wisata yang luar biasa ini karena tidak semua tempat di dunia ada Hiu Paus. Kalau Maladewa bisa mendulang dolar ratusan miliar kenapa kita tidak,” kritiknya.
Disinggung soal paket tour wisata Hiu Paus, Wahyu menjelaskan  wisatawan manca negara berasal dari Eropa dan wisatawan local dari Jakarta dan Bandung mengikuti trip selama dua hari. Untuk atraksi ia masih mengantungkan semua sumberdaya alam  di wilayah tersebut.
Di hari pertama, wisatawan akan diajak untuk Villages Tour di Desa Labuhan Jambu, berinteraksi dengan masyarakat setempat sambil melihat aktivitas masyarakat setempat serti lokasi penjemuran ikan, menikmati kelapa muda di kebun milik warga di pinggir pantai dan  menikmati sunset di puncak Raya Caffe. Hari kedua, wisatawan diajak turun ke laut untuk berinteraksi dengan Hiu Paus lalu ditutup dengan Island Hopping membawa tamu berkeliling di Pulau-Pulau Kecil di Teluk Saleh.
“Untuk tarif paket tour mulai dari Rp 5-9 juta untuk 6 orang wisatawan dalam satu group. Setiap wisatawan membelanjakan uangnya sekitar Rp 1- 2 juta sehari. Wisatawan sangat senang berbagi souvenir untuk anak-anak seperti bola plastik, permen dan alat tulis,” pungkasnya.
Gencar Promosikan Hiu Paus
Pemerintah Kabupaten Sumbawa kini sedang gencar gencarnya mempromosikan wisata Hiu Paus. Bahkan Bupati Sumbawa di setiap kesempatan terutama ketika menerima tamu dari pusat tak lupa ‘menjual’ potensi wisata Hiu Paus.
Belum lama ini, puluhan Yacht peserta Wonderful Sail 2 Indonesia Singgah  di Desa Labuhan Jambu Kecamatan Tarano. Kedatangan mereka diterima langsung Sekda Sumbawa .
 “Atas nama pemerintah dan masyarakat Kabupaten Sumbawa, kami ucapkan selamat datang kepada  para Yachter, peserta Wonderful Sail 2 Indonesia 2019, yang telah singgah di Kabupaten Sumbawa,” ungkap Sekda Sumbawa, Drs. H. Hasan Basri, MM., saat menerima rombongan para Yachter dari berbagai Negara, peserta Wonderful Sail 2 Indonesia 2019, di desa Labuhan Jambu Kecamatan Tarano, Sabtu (14/9/2019).
“Semoga keindahan alam Teluk Saleh dengan Hiu Pausnya, dan suguhan event-event wisata yang kami tampilkan, membuat betah para Yachter, dan sekembalinya ke Negara masing-masing, dapat menceritakan tentang keindahan alam dan wisata Sumbawa,” imbuhSekda.
Dikesempatan tersebut, telah singgah 25 Yacht, dari 45 Yacht yang direncanakan berlabuh di Labuhan Jamu, Kabupatem Sumbawa. Sebelum singgah di desa Labuhan Jambu yang merupakan kawasan Teluk Saleh, para Yachter sebelumnya berlayar dari Labuhan Bajo NTT, dan dari Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan. Direncanakan, selepas menikmati keindahan laut Teluk Saleh, dan mengunjungi beberapa destinasi wisata Sumbawa.(KA/anto)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini