Bintan Kepri, KA.
Lima penyair asal Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat masuk nominasi pada ajang Festival Sastra Internasional Gunung Bintan di Tanjung Pinang Bintan Provinsi Kepulauan Riau, 25-28 September 2024.
Adapun kelima penyair Sumbawa berhasil masuk nominasi FSIGB di antaranya antologi puisi A Rahim Eltara (Ibu Doa dan Cinta ), Hadijah Karim ( Musim- Musim Berbisik), Mody Evans ( Sketsa Dalam Kaca), Rosidah Resyad ( Lamung Pene In The Bosphorus Strite), dan UleCeny Saguni ( Perempuan Penjaga Tradisi).
Dalam perjalanan puisi kali ini, yang mewakili dan berangkat ke Pulau Bintan sebanyak 3 orang yaitu, Hadijah Karim, Rosidah Resyad dan Uleceny Saguni. tiga perempuan - perempuan pemecah sunyi sastra di tanah Samawa.ini pun bertolak menuju Kepulaun Riau dengan rute Mataram,Surabaya Batam,dan Tanjung Pinang Bintan.Adapun tema FSIGB 2024 adalah
“Memperkukuh dan Memperkasa Persaudaraan Para Penyair (Ukhuwah Assyu’ara)”
Serangkaian acara yang dilakukan dalam perjalanan puisi FSIGB adalah Ziarah budaya FSIGB , dilakukan tanggal 27 Sept, dengan pertama tama melakukan ziarah budaya ke makam Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah I ( 1722-1760), pendiri kerajaan melayu Riau, Lingga, Johor dan Pahang dan kerabatnya, para tokoh sejarah , di Kampung Melayu. Sultan Sulaiman, pendiri dan Sultan Riau Lingga pertama , adalah putra dari Sultan Johor, Abd Jalil Riayat Syah ( 1699-1719 ). Ketika tahta ayahnya Abdul Jalil Riayat Syah direbut dan Kemudian dibunuh oleh Raja Kecik atau Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, tahun 1719 , maka Sulaiman Badrul Alamsyah ( waktu itu masih bernama Tengku Sulaiman ) , bersama abangnya Tun Abbas , adiknya Tengku Tengah , Tengku Mandak dan Tengku Kamariah , telah dirawan oleh Raja kecik dan dibawa ke Ulu Riau ( Kota Rebah sekarang ), pusat pemerintahan sementara Johor semasa di bawah pemerintahan Raja Kecik. Dari Ulu Riau atau Pangkalan Rama inilah kemudian Tengku Sulaiman dan saudaranya melakukan perlawanan , membalas dendam kematian ayahnya dan bersekutu dengan Upu upu Bugis lima bersaudara ( Daeng Perani , Daeng Manambun, Daeng Marewa , Daeng Celak dan Daeng Kumasi ), untuk menyingkirkan Raja Kecik. Dalam perang saudara di muara Sungai Carang , tahun 1722, Tengku Sulaiman dan sekutu para bangsawan Bugis berhasil mengalahkan Raja Kecik. Kemudian Raja Kecik dan pengikutnya menyingkir kecSiak di daratan Sumatera ( Riau sekarang ) dan tahun 1723, mendirikan kerajaan Siak Sri Indera Pura. Sementara Tengku Sulaiman yang menang atas dukungan sekutunya pihak Bugis mendirikan kerajaan baru, Kerajaan Riau ( Johor, Pahang dan Terengganu )tahun 1722, dengan ibukota pertama nya di Ulu Riau yang dulu juga disebut Pangkalan Rama atau sekarang disebut Kota Rebah. Tahun 1787 Ulu Riau , sebagai ibukota ditinggalkan oleh cucu Sulaiman Badrul Akansyah , yaitu Mahmud Riayat Syah ( 1761- 1812 ) , Sultan Riau ke-4 , pindah ke Daik, di pulau Lingga sampai tahun 1900. Kenudian ibukota kerajaan Riau Lingga , pindah ke pulau Penyengat, sampai tahun 1913, ketika kerajaan Riau Lingga sepenuhnya jatuh ke tangan Belanda dan kerajaan Riau Lingga berakhir.
Dan dilanjutkan pada kegiatan inti yaitu pembacaan puisi oleh orang seluruh peserta dibeberapa lokasi sejarah yang sudah ditentukan,dan peluncuran 100 buku puisi karya para peserta FSIGB 2024. Sekitar pukul 14.30 di Kantor Walikota dan dilanjutkan wisata sejarah bersama peserta dari negara ASEAN lainnya.(KA-01)