SEJAK puluhan tahun silam blok Elang Dodo, Rinti, Teluk Panas, North Lunyuk dan Batu Hijau mulai dieksplorasi sekitar tahun 1990 an oleh perusahaan raksasa asal Amerika Serikat Newmont Mining Company berpusat di Denver Colorado Amerika Serikat.
Di dua blok yakni Elang Dodo dan Batu Hijau ditemukan cebakan kandungan emas dan tembaga cukup besar. Namun berdasarkan kajian teknis dan ekonomis Batu Hijau yang layak dieksploitasi terlebih dahulu dan dimulai dengan tahapan konstruksi tahun 1997 dan dilanjutkan ke tahapan eksploitasi produksi tahun 2000.
Seiring berjalannya waktu, sejak tahun 2016 operasional dan kepemilikan proyek Batu Hijau beralih dari PT Newmont Nusa Tenggara ke PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Kontrak Karya generasi IV PT NNT yang ditandatangani 2 Desember 1986 itu berakhir dan berganti dengan Ijin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Selain Batu Hijau, PT AMNT memiliki konsesi di Blok Elang II Dodo dan Blok I Rinti sekitar 25.000 hektare.
Blok Elang Dodo, yang terletak di Kecamatan Ropang Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, memiliki potensi besar sebagai salah satu sumber daya emas terbesar di Indonesia.
Blok Elang terletak sekitar 60 KM sebelah timur proyek Batu Hijau. Meskipun berada di Kecamatan Ropang, namun lebih mudah diakses melalui jalan darat dari Desa Perung Kecamatan Lunyuk. Sebelumnya, baik pekerja maupun logistik diangkut melalui udara menggunakan Helikopter dengan waktu tempuh sekitar 10-15 menit dari camp Lamurung Kecamatan Lenangguar.
Berdasarkan laporan JORC terbaru, cadangan bijih Elang meningkat 79 % menjadi 2,5 miliar metrik ton, dengan kandungan emas meningkat 76% menjadi 26,4 juta ons.
Penemuan ini menjadikan Blok Elang Dodo sebagai salah satu deposit Porfiri Cu-Au Super Raksasa, seperti yang diklasifikasikan oleh Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS). Potensi ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia dan memberikan kontribusi signifikan bagi negara.
PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) telah melakukan eksplorasi di Blok Elang II, dengan alokasi dana sebesar USD 3,59 juta pada kuartal pertama 2025. Perusahaan ini optimis bahwa potensi Blok Elang Dodo dapat dikembangkan menjadi salah satu sumber daya emas terbesar di dunia.
Namun, penantian panjang operasional tambang blok Elang Dodo hingga kini belum juga menunjukkan kemajuan signifikan dan kepastian waktu menuju tahapan konstruksi dan produksi.
Hal ini menjadi topik hangat di segenap elemen masyarakat Kabupaten Sumbawa, termasuk di kalangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan wakil rakyat di DPRD Sumbawa.
Senior Manager External Relation PT AMNT, Ahmad Salim ST. MM menegaskan sejauh ini pihak perusahaan telah melakukan Feasibility Study/ studi kelayakan blok Elang dan hampir rampung. Pihaknya juga tengah melakukan survei geoteknik dan penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
"Target dalam prospektus konstruksi akan dimulai di 2027 namun bila aspek perizinan lancar bisa saja dimulai lebih awal," ujarnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi II DPRD Sumbawa belum lama ini.
Untuk sementara, lanjut Ahmad Salim, PT AMNT tidak berencana untuk membangun pabrik konsentrator di Sumbawa. Sebab, hasil kajian teknis belum ada tempat yang layak secara teknis untuk pembuangan tailing mengingat wilayah pantai selatan Lunyuk merupakan samudera lepas dengan gelombang tinggi sepanjang tahun.
Karenanya, ia berharap dukungan segenap elemen masyarakat Sumbawa serta pemerintah pusat, Pemprov NTB dan Pemkab Sumbawa agar proses perijinan, studi kelayakan, AMDAL dan sebagainya berjalan lancar sesuai harapan. Sehingga tahapan konstruksi blok Elang bisa segera dimulai dan dilanjutkan ke tahapan produksi/ eksploitasi.
"Meskipun masih eksplorasi, jami tetap berkomitmen untuk memprioritaskan tenaga kerja lokal terutama warga lingkar eksplorasi. begitu juga pengusaha lokal untuk menjadi supplier di proyek eksplorasi. Termasuk penyaluran CSR perusahaan meskipun masih terbatas dan bersifat donasi. Kami tetap berkoordinasi dengan Pemda dalam hal ini Disnakertrans terkait kebutuhan naker termasuk rencana persiapan naker untuk konstruksi nantinya," pungkasnya.
Sementara itu, kesiapan Pemkab Sumbawa untuk menyambut investasi raksasa di blok Elang menuai sorotan dari sejumlah kalangan.
Muhammad Yamin, SE., M.Si, akademisi Universitas Samawa (Unsa) menyoroti kesiapan Pemkab Sumbawa untuk menyiapkan masyarakat untuk menyambut investasi puluhan triliun di blok Elang Dodo.
Sejatinya, mulai saat ini Pemkab Sumbawa sudah menyiapkan masyarakat nya, terutama para pencari kerja dan pengusaha lokal untuk menjadi supplier kebutuhan pokok maupun tenaga kerja untuk proyek Elang nantinya.
" Kebutuhan tenaga kerja lokal mencapai puluhan ribu di tahap konstruksi ini yang harus disiapkan oleh Pemda dengan memberikan pelatihan las, operator alat berat, elektrikal dan sebagainya kepada pencari sehingga mereka jadi tenaga kerja siap pakai nantinya. Kita harus belajar dari pengalaman proyek Batu Hijau diawal tahapan konstruksi dan tahap eksploitasi. Jangan sampai kita jadi penonton di daerah kita sendiri," ungkapnya.
Wakil Rektor II Unsa ini menyatakan Pemkab Sumbawa harus punya posisi tawar terhadap perusahaan, paling tidak Kabupaten Sumbawa harus menjadi daerah penghasil terlepas dari isu bahwa PT AMNT tidak akan membangun konsentrator di Sumbawa dan material dari blok Elang akan diangkut menggunakan conveyor- ban berjalan sepanjang 60 KM untuk di proses di konsentrator di Batu Hijau.
" Kita harus berfikir rasional, apa syaratnya agar Elang bisa ditingkatkan dari eksplorasi menjadi operasi , misalnya kelayakan secara teknis dan ekonomis. Apa mungkin buang tailing di laut selatan, buat pelabuhan, kalau pun bisa apakah masuk hitungan kelayakan ekonomis?. Kita harus jadi daerah penghasil dimana Dana Bagi Hasil (DBH) tentu lebih besar, jauh dari yang kita terima selama ini. Belum lagi potensi pendapatan lain dari pajak dan sebagainya," cetusnya.
Bak gayung bersambut, Pemerhati Persoalan Tambang M. Mada Gandhi mengingatkan kepada aktivis tambang, terutama masyarakat Sumbawa Selatan, hendaknya fokus kepada issue yang lebih rasional dan benar-benar dapat diwujudkan menjelang masuknya PT AMNT ke Kabupaten Sumbawa.
"Issue yang terlalu berat hanya menghabiskan energi dan sia sia," ungkap penulis yang konsisten mengkritik tambang di era PT Newmont Nusa Tenggara hingga PT AMNT saat ini.
Menurutnya, Issue ingin memindahkan smelter PT AMNT, town site dan aktivitas perusahaan dan pengolahannya ke Kabupaten Sumbawa itu tidak rasional. Smelter sudah beroperasi dan pemegang saham PT AMNT pasti menganggap konyol karena akan menghabiskan banyak biaya.
Persoalan kedua, tailingnya mau dibuang kemana? pasti tidak ekonomis bagi sebuah perusahaan yang berorientasi profit. Selain itu, pelabuhannya mau dibuat dimana, karakter laut Selatan pasti biayanya lebih besar dibandingkan menggunakan semua fasilitas yang sudah ada. Membentangkan conveyor (roda berjalan) mengangkut material untuk diproses ke KSB dianggap paling ekonomis.
Selain itu, Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat bukanlah dua wilayah yang sedeng saling menyaingi. Semakin tajam melontarkan issue seolah saling berhadapan hanya menghabiskan energi, melemahkan poisi tawar serta terpecah belah.
"Padahal hanya tinggal duduk kedua bupati selesai masalah administrative. Semua aturan selaku daerah penghasil sudah rijit tertuang dalam Peraturan Perundangan. Ribut-ribut pada hal yang tidak substantif tidak paham masalah tidak punya target yang jelas adalah sia-sia," cetusnya.
Lalu harus fokus ke issue apa ? hanya satu kata kunci keberadaan PT AMNT harus mampu mengungkit ekonomi setempat, menaikkan PAD, Produk dari petani, beras, sayur mayur, ikan daging telor dan sebagainya bagi konsumsi puluhan ribu karyawan 3 kali sehari selama puluhan tahun terus menerus itu adalah pangsa pasar yang luar biasa. Melahirkan perusahaan lokal yang kuat dan profesional. alai Latihan Kerja (BLK) dihidupkan kembali dan sebagainya.
Masalahnya, bagaimana mengaturnya agar sesuai standar perusahaan dan itu tugas pemerintah daerah. Perusahaan menyiapkan dana cukup besar dalam 8 program utama PPM (Program pemberdayaan Masyarakat).
Contoh KSB apakah sayur mayur ayam, daging, telor dan lain-lain disuplai oleh petani dan nelayan setempat? mengapa tidak diberdayakan? Mengapa selalu cari kambing hitam bahwa petani kita dianggap belum mampu menjaga kualitas. Kenapa tidak dilakukan pembinaan? Semua itu bukanlah sesuatu yang dirampas dari perusahaan. Tapi ekses dari keberadaannya agar daerah tidak hanya menjadi penonton.
Lalu kongkritnya bagaimana ? mulai jauh hari, diikat dengan Kerjasama MoU atau semacamnya untuk suplai, telur, ayam, daging sayur, ikan, dan lain lain. Masih punya waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri. Bagi dan atur dalam sejumlah klaster. Misalnya klaster sayur mayur, ikan dan lain-lain siapkan perusahaan penyuplai yang terdiri dari sub-sub dan pengepul. Begitu pula produk yang lain pola kerjasama serupa. Pikirkan kesiapan suplai yang kontinyu dan sesuai standar.
Pantau dan desak akuntabilitas pelaksanaan CSR dan PPM perusahaan, agar benar-benar tepat sasaran, jangan seperti di KSB ratusan milyar dan PPM diduga tidak tersalurkan karena orang ditugaskan untuk itu nampaknya tidak paham karakter daerah dan bingung belanja sosial.
"Kalau tidak ada perubahan yang total terhadap sistem pengadaan sandang pangan dan papan seperti yang telah terjadi di KSB maka jangan harap Sumbawa akan lebih baik. Justru akan lebih terpuruk walaupun kekayaan emasnya dikeruk dari perut buminya. Yang paling bertanggung jawab adalah pemda dan legislatif," pungkasnya.
Ditempat terpisah, perwakilan PT AMNT menggelar pertemuan konsultasi bersama Bupati Sumbawa Ir. H. Syarafuddin Jarot, M.P., dan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dan stakeholder lainnya, di Sumbawa Grand Hotel, Rabu (15/10/2025)
Dalam pertemuan tersebut, Bupati Sumbawa menegaskan bahwa seluruh tahapan pra konstruksi memiliki arti penting. Sebab, akan memberikan pemahaman awal kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat mengenai arah dan dampak pengembangan Proyek Elang ke depan.
“Seluruh proses yang dijalankan harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Pemerintah Kabupaten Sumbawa terbuka terhadap seluruh bentuk investasi yang dapat memajukan daerah, namun tetap dengan memperhatikan ketentuan dan regulasi yang ada. Yang paling penting, proyek ini harus memberikan kontribusi nyata dan signifikan bagi masyarakat,” tegasnya.
Menurutnya, keberadaan proyek Elang diharapkan tidak hanya membawa manfaat bagi kawasan sekitar tambang, tetapi juga mendorong peningkatan ekonomi masyarakat secara lebih luas di seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa.
Sementara itu, Perwakilan PT AMNT, Syamsul Kifli, menjelaskan bahwa pertemuan konsultasi ini merupakan tahapan awal sebelum pelaksanaan survei lapangan, yang mencakup kajian lingkungan dan sosial, termasuk potensi dampak terhadap masyarakat sekitar wilayah proyek.
“Pertemuan ini menjadi upaya kami untuk memastikan seluruh proses berjalan secara transparan, serta melibatkan semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, agar proyek ini dapat memberikan manfaat optimal bagi pembangunan Kabupaten Sumbawa,” pungkasnya.
Bupati menambahkan, terkait rencana masuknya investasi di Elang tentunya Pemkab Sumbawa menyambut dengan gembira dan tentunya Pemkab Sumbawa akan menjamin keamanan dan mendorong untuk mempermudah segala bentuk pelayanan dan perijinan. Begitu juga dengan menghidupkan kembali BLK Disnakertrans Sumbawa yang saat ini sedang melaksanakan pelatihan untuk menghasilkan tenaga kerja professional yang dibutuhkan dunia kerja sekaligus mengurangi angka pengangguran di Sumbawa yang mencapai lebih dari 9.000 orang.
"Investasi yang masuk tentunya kita harapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan pemerintah daerah, tentunya dapat memberikan multiflier effect bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan pendapatan asli daerah," cetusnya.
Senada dengan Bupati, wakil Ketua I DPRD Sumbawa, M. Berlian Rayes, SAg, MM.inov menyambut baik rencana investasi PT AMNT di blok Elang Dodo.
Hanya saja, ia mendorong Pemkab Sumbawa untuk segera mengambil peran strategis dan memiliki posisi tawar terhadap PT AMNT. Terutama terkait rekrutmen tenaga kerja lokal Sumbawa, pengusaha lokal untuk menjadi supplier kebutuhan pokok di proyek Blok Elang nantinya.
"Tentunya juga program CSR perusahaan harus menyentuh ke masyarakat Sumbawa terutama masyarakat di lingkar Elang. Kita harus belajar dari KSB jangan sampai kita jadi penonton di daerah kita sendiri, Pemda harus segera mengambil peran dan langkah strategis menjelang konstruksi blok Elang, penyiapan tenaga kerja dan juga pengusaha lokal nantinya," ungkapnya.
Akankah proyek Elang segera menuju tahap konstruksi dan eksploitasi? Semua itu tergantung dukungan dan sinergitas antara masyarakat, pemerintah pusat, Pemprov NTB, Pemkab Sumbawa dan wakil rakyat di DPRD Sumbawa. Semoga.(KA/Anto)