Mimpi Sinyal di Desa Talonang Baru

Sebarkan:

Di saat hampir semua orang kini harus sekolah dan bekerja di rumah, kebutuhan untuk mencari informasi dengan cepat, dan selalu terhubung dengan kerabat, akses internet tentu saja merupakan keniscayaan. Tapi di Desa Talonang Baru Kecamatan Sekongkang Sumbawa Barat, kata 'Merdeka' sinyal hanya sebuah mimpi 

Sutan Zaitul Ikhlas 


Secara geografis, Desa Talonang Baru memang merupakan daerah bebukitan. Desa berpenduduk sekitar 570 KK itu berada paling ujung di bagian Selatan Kabupaten Sumbawa Barat. Menuju  kesana harus menempuh perjalanan 3 jam lamanya dengan menggunakan transfortasi darat.

Meski tidak jauh dari Desa Tongo Kecamatan Sekongkang atau tempat aktivitas penambangan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) yang nota bene memiliki akses jaringan sinyal begitu kuat,  faktor geografis bisa jadi membuat jaringan internet susah diakses. Alhasil, di tengah banjirnya arus informasi, menjadi sangat ironis ketika desa itu 'terbelakang' dari sisi informasi. 

Kesenjangan ini harus segera diatasi sebab pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi, telah berkomitmen mengatasi kesenjangan internet di seluruh  pelosok negeri. Pemerintah menyiapkan satelit Palapa Ring, yang dikenal sebagai ‘tol langit’, untuk menghubungkan seluruh Nusantara dan membuat Indonesia merdeka internet pada 2020. Teknologi ini demi menjaga keutuhan bangsa. Bisa jadi, mengingat berdasarkan hitung-hitungan bisnis, sejumlah operator swasta enggan membangun jaringan di desa itu.  

Ya, begitulah kira kira kesulitan yang dirasakan warga Desa Talonang Baru  Kecamatan Sekongkang. Tidak sedikit dari mereka yang mengeluh  akan daerahnya yang sulit dijangkau akses internet.

Sejumlah warga bercerita harus mencari titik yang tepat untuk bisa mengakses jaringan internet. 

Menelpon atau mengirim pesan singkat (SMS) pun harus dengan menggunakan sim card fourth generation technology (4G) milik salah satu operator ternama di Indonesia. 

" Di sini sinyalnya memang susah banget bang, suka ilang-ilangan. Kadang kalau lagi mengakses apa-apa ngeloadingnya bisa bermenit-menit lamanya. Apalagi buat saya belajar melalui internet, maka jangan harap akan cepat selesai" kata salah seorang Siswa SMP di sekolah Satu Atap (Satap ) di desa itu. 

Siswa kelas 12 itu mengaku sangat membutuhkan jaringan internet untuk memperluas pengetahuannya maupun untuk kepentingan sekolah. Bahkan untuk mengetahui berita-berita luar atau hanya sekedar  menonton YouTube, begitu sulit dirasakan. 

" Bukan karena android yang saya pakai ini produk jadul, tapi memang karena faktor tak ada jaringan," cetusnya.  

Sebenarnya di dekat rumah anak yang bercita cita ingin menjadi Wakil Rakyat (DPR) itu, ada fasilitas layanan internet wifi gratis yang disediakan pihak Kantor Desa setempat.  Namun jaringan internet itu tidak bisa diakses dengan mudah dan cepat akibat banyaknya pengguna lain menggunakannya. 

Setiap malamnya kantor kepala desa selalu ramai. Puluhan anak  seumurannya ada yang duduk dibawah pohon bunga kertas, di bahu jalan hingga masuk kedalam pipa berukuran raksasa yang ada didepan kantor Kepala Desa, hanya untuk menikmati internet yang lemot.

Kalau sudah ramai begitu terpaksa dia harus  mencari tempat lain. Kebetulan 1 kilo meter dari tempat tinggalnya,  ada satu titik sinyal internet yang cukup kuat yakni, di areal  Food Estate mini ( kawasan pertanian yang dijadikan pilot projects oleh TNI, Pemkab KSB dan Pemprov NTB pada tahun 2021). 

" Tapi di titik ini juga harus menggunakan paket data yang lebih besar. Ukuran saya 

yang  masih berstatus pelajar ini, tentu hanya memiliki data kapasitas kecil sehingga berpengaruh pada proses akses jaringan yang tidak stabil. Belum lagi kalau malam hari, selain gelap, jarak tempuh menuju Food Estate lumayan jauh ," ungkapnya. 

Ia berharap, kondisi seperti ini akan secepatnya berakhir. Ia ingin agar internet bisa menjangkau wilayah desanya, sehingga semua siswa maupun sekolah di Desa Talonang Baru  bisa memperoleh informasi untuk menunjang pendidikan. 

Senada dengan hal tersebut, kepala Desa Talonang Baru Budi Haryono, tak memungkiri desa yang dipimpinnya sangat membutuhkan jaringan internet. Ia mengatakan infrastruktur untuk akses komunikasi memang harus diupayakan pemerintah untuk mendukung akselerasi digital yang dicanangkan  secara nasional. 

Sebab, dalam upaya mencapai akselerasi digital, akses internet sangat penting untuk mendukung tugas pelayanan pemerintah desa. 

" Kami punya wifi tapi kapasitasnya sangat terbatas. Untuk menyelesaikan sebuah  laporan secara online saja harus menunggu lama karena faktor jaringan," sebutnya. 

Kebutuhan akses komunikasi ini lanjutnya  merupakan kebutuhan dasar masyarakat di zaman digital saat ini. Jika pemerintah mau membantu dan mengurusnya, maka persoalan jaringan internet tidak lagi menjadi masalah besar. Selain itu, keberadaan internet juga dapat menjadikan birokrasi dan transparansi pemerintah desa menjadi lebih baik, dengan tersedianya sarana semisal grup media sosial maupun forum warga berbasis internet.

" Banyak hal lain di desa yang mungkin berkembang, desa bisa menjadi sumber dan akses ekonomi yang sangat besar, kreativitas warga akan lebih terasah, pendidikan yang lebih baik yang pada akhirnya dapat menggali potensi desa lebih maksimal," pungkasnya. ***

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini