Mataram, KA.
Proses politik memperebutkan “Tongkat Komando NTB 1 dan 2”, masih menyisakan waktu beberapa tahun. Namun, gerakan politik berskala kecil, bersifat senyap maupun terbuka, sudah mulai terasa.
Aktifitas yang dilakukan para loyalis dari masing masing figur bakal calon, bukan saja berupa sosialisasi pencitraan untuk jagoan yang diusung, agar dicintai publik. Tapi juga melakukan operasi penyekatan, menghambat gerak laju lawan politik, yang dianggap berpotensi merintangi dan berbahaya untuk kelanjutan misi besar kedepan.
Abdul Rauf, ST.MM, anggota DPRD NTB mengatakan, tanpa bermaksud mengenyampingkan keberadaan sosok lain. “Pemilihan gubernur dan wakil gubernur NTB mendatang”, akan berlangsung menarik dan ketat, apabila Dr. H. Zulkieflimansyah berhadapan langsung dengan ibu Hj. Sitti Rohmi Djalilah,”,ujar Abdul Rauf, yang juga politisi partai Demokrat, saat menjadi narasumber Diskusi Publik.
Mahdi SH, MH, Sekertariat Dewan DPRD NTB mengatakan, mereka yang akan berlaga nantinya, merupakan tokoh tokoh terbaik yang dimiliki oleh daerah.
Seperti halnya ketokohan dari sosok gubernur dan wakil gubernur yang saat ini menahkodai NTB. Dikenal cerdas dengan sejumlah ide kreatif membangun provinsi NTB.
“Calon pemimpin kedepan, selain menguasai ilmu yang mumpuni, juga harus memiliki karakter yang kuat dan berjiwa kesatria”, ujar Mahdi tokoh kharismatik kelahiran Bima yang juga nara sumber dalam
Suaeb Quri, S.HI, Ketua Komisi Informasi NTB mengatakan, para tokoh yang biasanya terpilih disetiap kompetisi, selain telah ditakdirkan oleh Tuhan yang maha kuasa, juga tak lepas dari “Trah” atau keturunan.
“Pemimpin yang dipercaya menahkodai “Bumi Gora”, tak bisa dilepaskan dari pengaruh keturunan (Trah)”. Trah yang memiliki pengaruh dengan basic massa yang kuat, berpeluang besar memegang komando utama di percaturan politik NTB," papar Suaeb Quri selaku narasumber.
Sementara itu, Joni Junaidi moderator diskusi mengatakan, operasi pembusukan karakter yang menyasar para figur bakal calon. Entah menimpa figur penantang, ataupun petahana, haruslah dihindari dan diwaspadai.
“Selain merusak tatanan demokrasi, hal demikian juga menimbulkan terjadinya polarisasi dan gesekan. Yang dikhawatirkan dapat memantik konflik ditengah masyarakat, antara loyalis atau pendukung figur yang satu dengan massa dari figur yang lain,” papar Joni Junaidi, tokoh muda nan energik selaku Pimpinan Redaksi Media PusaranNTB.
Diskusi publik bertemakan “Dinamika Ekonomi Daerah di Tengah Covid-19, dan Konstalasi Politik Jelang Pilgub NTB”, dihadiri puluhan aktifis mahasiwa, pemuda dan perwakilan Dinas Kominfotik NTB.
Acara pada Minggu malam (06/06/2021), bertempat di kedai Cofee De Javu kelurahan Pagesangan. Selain membahas politik, dan persoalan ekonomi dampak dari pandemi Covid-19. Juga mengangkat topik lain yang kerap terjadi ditengah warga.
Harapannya tak lain, agar lahir sebuah solusi, menjadi masukan bagi pemerintah daerah demi terwujudnya masyarakat NTB yang jauh lebih sejahtera.(KA-04)