Direktur PCBM Resmikan Pemasangan Kuda-Kuda Restorasi Istana Bala Putih

Sebarkan:

Sumbawa Besar, KA.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (PCBM) Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI secara resmi membuka Prosesi “Basanyata”  (pemasangan kuda-kuda) Restorasi Istana Sultan Sumbawa (Istana Bala Putih), Senin (09/12/2019).
Turut hadir pada kegiatan prosesi tersebut Bupati Sumbawa yang diwakili oleh Asisten Adminitrasi Umum Setda Sumbawa, Pimpinan OPD, Direktur Eksekutif JKPI dan Tim Restorasi Istana Sultan Sumbawa.
Dalam sambutannya, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (PCBM) Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Fitra Ardha, menyatakan bahwa pelestarian cagar budaya mengandung makna yang merupakan upaya dinamis untuk mengupayakannya umur panjang.
“Tidak hanya cagar budayanya saja tetapi juga nilai yang terkandung dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya,” ujarnya
Dikatakan, prosesi ini merupakan bagian dari pada pelestarian kebudayaan dan prosesi hari ini penting karena merupakan bagian dari nilai apa yang dilakukan, sehingga  dapat mengambil filosofinya.
Disampaikan, prosesi kegiatan pemugaran merupakan bagian dari kemajuan kebudayaan yang pada akhirnya akan kesejahteraan masyrakat.
“Jadi menurut saya ini menjadi sangat penting, sehingga diharapkan penyelesaiannya sampai akhir dan dijadikan sebagai destinasti yang betul-betul dirasakan kehadirannya oleh masyarakat dan prosesi basanyata ini menjadi bagian terpenting bahwa memberikan pengumuman kepada masyarakat bahwa suatu saat nanti Istana ini akan memiliki nyawa dan menjadin kebanggaan bersama,” tukasnya.
Semetara itu, Bupati Sumbawa dalam sambutannya yang disampaikan oleh Asisten Administasi Umum Sekda Kab. Sumbawa Ir. H. Iskandar D. M.Ec.Dev, menyampaikan bahwa Istana Bala Putih merupakan istana terakhir yang dibangun pada masa kesultanan Sumbawa dan peletakan batu pertamanya berlangsung pada tahun 1932 yang menjadi kembaran dari istana di Kesultanan Bima.
Dikatakan, bahwa Istana Bala Putih memiliki banyak peran selama Pemerintahan di Kab. Sumbawa. “Sempat menjadi pusat pemerintahan di Kab. Sumbawa, bahkan ketika gedung kantor Bupati Sumbawa terbakar sekitar tahun 2004 dan selama tiga tahun proses pembangunan kantor Bupati itu menggunakan Istana Bala Putih sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Sumbawa. Kemudian setelah itu digunakan sebagai wisma praja, untuk menjamu tamu-tamu pemerintah, jadi cukup banyak perannya selama pemerintahan Kabupaten Sumbawa,” terangnya.
Ia menyampaikan bahwa di dalam adat Sumbawa, upacara basanyata ini masuk kedalam tatanan upacara tahap menengah menjelang tahap akhir di dalam penuntasan sebuah bangunan di Sumbawa. Upacara basanyata ini sebagai tahapan pertengahan menjelang masuk tahap penuntasan penangan pembangunan bangunan rumah di Sumbawa yang sudah mulai menggarap bangunan atas atau atap.
“Jadi basanyata itu hanya berlaku pada saat kita menggarap bagian atas dari rumah. Jadi kalau mulai pondasi itu belum bernama basanyata, setelah menggarap bagian atas dan meletakkan kuda-kuda kemudian sampai kepada pemasangan sirap genteng atau penutup atap itu tetap dalam rangkaian basanyata,” tukasnya, seraya berharap pelaksanaan acara basanyata ini dapat berlangsung dengan baik, sehingga kelanjutan pembangunan Istana Bala Putih ini akan tetap bisa diteruskan.(KA-01)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini